Hikmah keutamaan berqurban dan sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan dari syariat penyembelihan hewan kurban yang senantiasa dilakukan oleh Umat Islam di seluruh dunia dalam bulan Dzulhijjah ini dan juga bersamaan dengan hari raya idul adha juga. Kesabaran dan ketabahan serta keyakinan dan keimanan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah yang harus kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang sangat agung dan dihormati, termasuk dalam bagian bulan-bulan Haram yang Allah sebutkan dalam al Quran yang artinya, "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu berbuat zalim terhadap dirimu dalam bulan yang empat itu…"
Sejarah disyariatkan berkurban ini adalah merupakan bagian dari sejarah dan pelajaran serta ibrah dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Allah memerintahkan bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyembelih putranya Ismail, maka beliau dengan serta merta memenuhi perintah Allah dengan tanpa ada keraguan. Maka sebagai ganti Nabi Ismail Allah menurunkan dari langit :"Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar. "(Q.S Ash-Shaffat 107).
Semenjak saat itu, manusia menyembelih binatang ternak untuk melaksanakan perintah Allah yaitu dengan menyembelih hewan kurban, karena ia termasuk ketaataan yang paling utama. Berkurban hukumnya adalah sunnah muakkadah. Dimakruhkan hukumnya untuk tidak melaksanakannya dalam keadaan mampu karena keutamaan berkurban yang sangat agung.
Qurban dalam istilah para ulama disebutkan dengan ungkapan udhhiyah yang artinya secara bahasa yaitu sembelihan, adapun maksudnya dalam syariat yaitu menyembelih binatang ternak seperti unta, sapi maupun kambing dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah subhanahu wa ta’ala dinegeri tempat bermukimnya orang yang akan melaksanakan kurban, dilakukan selepas sholat Idul Adha hingga berakhirnya hari tasyriq (hari ketiga belas dari bulan Zulhijjah) dengan nia untuk berkurban. Inilah yang dimaksud dengan definisi pengertian berkurban itu sendiri.
Hukum berkurban dalam Islam adalah sunah muakkad, yaitu sunah yang sangat ditekankan. Disyariatkan bagi laki-laki maupun perempuan. Satu sembelihan seorang laki-laki cukup untuknya sekaligus seluruh anggota keluarganya. Satu sembelihan seorang perempuan cukup untuknya sekaligus seluruh anggota keluarganya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam setiap tahunnya berkurban dua kambing kibass yang putih belang hitam pada mata dan kakinya, dan bertanduk untuk seluruh keluarga beliau, dan yang kedua untuk ahli tauhid dari umat beliau shallallahu ‘alaihi wassalam.
Dalil mengenai berkurban dan keutamaan berqurban adalah seperti yang tercantum dalam sejarah disyariatkan berkurban ini adalah merupakan bagian dari sejarah dan pelajaran serta ibrah dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Allah memerintahkan bapak para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyembelih putranya Ismail, maka beliau dengan serta merta memenuhi perintah Allah dengan tanpa ada keraguan. Maka sebagai ganti Nabi Ismail Allah menurunkan dari langit :"Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar. "(Q.S Ash-Shaffat 107).
Betapa beratnya cobaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Ibrahim ‘alaihissalam serta betapa besarnya pengorbanannya sebagai bentuk pembuktian dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berserah diri sepenuhnya, dan sebagai khalilullah yang memurnikan kecintaannya hanya untuk-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai jenis cobaan, untuk membuktikan keimanan hamba tersebut. Kisah Penyembelihan Nabi Ismail a.s. yang sampai saat ini masih terus memberikan ibrah dan pelajaran serta hikmah yang sangat banyak bagi kita umat islam
Ibrahim ‘alaihissalam akhirnya memang tidak melaksanakan penyembelihan terhadap anaknya, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ujian tersebut bukan dalam rangka mewujudkan penyembelihan terhadap anaknya tersebut, namun semata-mata untuk membuktikan kecintaan Ibrahim ‘alaihissalam yang murni hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar